Sejarah Kota Kudus identik dengan Sunan Kudus. Karena pengalaman dan ilmunya, maka Sunan Kudus diberi tugas memimpin para Jamaah Haji, sehingga beliau mendapat gelar “Amir Haji” yang artinya orang yang menguasai urusan para Jama’ah Haji. Beliau pernah menetap di Baitul Maqdis untuk belajar agama Islam. Ketika itu disana sedang berjangkit wabah penyakit, sehingga banyak orang yang mati. Berkat usaha Ja’far Shoddiq, wabah tersebut dapat diberantas.
Atas jasa-jasanya, maka Amir di Palestina memberikan hadiah berupa Ijazah Wilayah, yaitu pemberian wewenang menguasai suatu daerah di Palestina. Pemberian wewenang tersebut tertulis pada batu yang ditulis dengan huruf arab kuno, dan sekarang masih utuh terdapat di atas Mihrab Masjid Menara Kudus.
Peranan penting sunan kudus
Larangan menyembelih sapi
Ada cerita rakyat di Kudus tentang sebab warga kudus tidak boleh meyembelih sapi Sebelum kedatangan Islam, daerah Kudus dan sekitarnya merupakan Pusat Agama Hindu. Dahulu Sunan Kudus ketika dahaga pernah ditolong oleh seorang pendeta Hindu dengan diberi air susu sapi. Maka sebagai rasa terima kasih, Sunan Kudus waktu itu melarang menyembelih binatang sapi dimana dalam agama Hindu, sapi merupakan hewan yang dimuliakan.
Ada juga cerita yang mengatakan bahwa sunan kudus melarang menyembelih sapi dikarenakan ,sunan kudus menghormati agama hindu disana. Aagar warga hindu mudah menerima islam.
Hari lahir kota Kudus
Diatur dalam Peraturan Daerah (PERDA) No. 11 tahun 1990 tentang Hari Jadi Kudus yang di terbitkan tanggal 6 Juli 1990 yaitu pada era Bupati Kolonel Soedarsono. Hari jadi Kota Kudus dirayakan denganmtasyakuran dan beberapa kegiatan di Al Aqsa / Masjid Menara yang dilanjutkan dengan ritual keagamaan seperti doa bersama dan tahlil dan kegiatan keagamaan lainya.
Asal usul ke-2 nama Kudus
Kudus merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Jawa Tengah yang mempunyai luas wilayah paling kecil di Pulau Jawa .
Menurut para sejarawan, Kota kudus dahulu berasal dari sebuah desa kecil di tepi Sungai Gelis yang bernama Desa Tajug.
Nama tersebut diambil, karena di desa tersebut terdapat banyak "Tajug" yaitu bentuk atap arsitektur tradisional yang sangat kuno dipakai tujuan keramat dan di jadikan tempat bersembahyang masyarakat yang mayoritas beragama Hindu.
Masyarakat di desa Tajug mayoritas menjadi petani, menangkap ikan dan membuat batu bata. Barulah, sejak kedatangan Syeh ja'far sodiq (Sunan Kudus) Desa Tajug berubah menjadi salah satu kota pelabuhan sungai dan tempat transit kapal yang ingin berdagang di Pelabuhan Jepara. Para pedagang berasal dari tiongkok maupun pedagang nusantara, dengan berdagang kain, dan hasil pertanian.
Itulah sejarah kota kudus jawa tengah
About achmad ghiffari shufi
0 komentar:
Post a Comment